“Judul: Peningkatan Produktivitas Pertanian Melalui Penerapan Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System) Di Desa Pengejaran, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali”
Kamis 8 Oktober 2020 merupakan titik puncak dari serangkaian demonstrasi penolakan Omnibus Law dan UU Cipta Kerja yang dilakukan oleh mahasiswa, serikat pekerja dan masyarakat. Mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia secara serentak bergerak memenuhi jalan-jalan raya dan mengepung gedung-gedung pemerintahan untuk menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap keputusan yang diambil oleh anggota DPR dan Pemerintah Pusat. Bahkan sebagian besar demonstrasi tersebut berujuang pada kerusuhan sehingga menimbulkan kerugian dari berbagai macam pihak, seperti yang terjadi di Depan KantorGubenur Bali pada tanggal 8 Oktober 2020 kemarin.
Berbanding terbalik dengan hal tersebut di atas, pada hari jumat 9 Oktober 2020 mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha justru sedang menghabiskan energinya untuk mengangkut potongan-potongan besi dan pipa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan kolam bioflok. Di bawah teriknya sinar matahari beberapa mahasiswa yang dibantu olah masyarakat paruh baya juga terlihat sedang mencampur pasir dan semen di sebelah kandang sapi milik warga. Semangatgotong-royong yang menjadi salah satu roh dari Pancasila dan menjadi ciri khas dari karakter bangsa Indonesia terlihat dengan jelas telah mampu diaktualisasikan dengan baik di daerah pelosok Pegunungan Bali.
Melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha menerapkan berbagai macam inovasi pada bidang pertanian, peternakan dan perikanan pada Kelompok Tani Ternak (KTT) Manik Tirtadi Desa Pengejaran, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali. Selain bertujuan untuk memupuk semangat gotong royong dan melatih kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat yang ada disekitarnya, kegiatan ini memiliki misi utama untukmeningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakatmelalui penerapanSistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System)pada Kelompok Tani Ternak (KTT) Manik Tirta Desa Pengejaran.
“Selama ini aktivitas pertanian, peternakan dan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat masih dilakukan secara parsial sehingga belum mampu memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan ekonomi masyarakat” ujar Luh Ayu Martasari selaku ketua tim PHP2D.Melalui Sistem Pertanian Terpadu yang digagas oleh mahasiswa Undikshadiharapkanakan mampu menciptakan sebuah ekosistem dengan memadukan pertanian, peternakan dan perikanan akan dapat menekan biaya produksi petani yang selama ini sangat tinggi dan memanfaatkan limbah-limbah pertanian, peternakan dan perikanan yang selama ini masih terbuang sia-sia.
I Wayan Pardi, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing mahasiswa mengatakan bahwa “Kegiatan ini merupakan salah satu aksi nyata mahasiswa dalam mentransfer teknik pertanian modern. Sistem Pertanian Terpadu menekankan pada metode daur ulang dengan memanfaatkan tanaman dan hewan bahkan limbah sebagai mitra untuk menciptakan suatu ekosistem yang menyerupai cara alam bekerja”.Beliau melanjutkan bahwa “petani nantinya akan memperoleh sumber-sumber panen/pendapatan yang lebih beragam mulai dari tanaman labu siam, lele, sayuran hidroponik, penjualan sapi/ayam, jeruk, cabai, pupuk, dan biogas serta yang terpenting tidak akan ada limbah pertanian, peternakan dan perikanan yang akan terbuang sia-sia”.
Dalam rangka untuk merealisasikan tujuan mulainya tersebut, mahasiswa Undiksha mengembangkan beberapa inovasi diantaranyapembanguan reaktor biogas untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi yang selama ini masih belum diolah secara maksimal, pembuatan kolam ikan dengan model bioflok, pembuatan instalasi hidroponik untuk menghasilkan sayuran organik, budidaya labu siam, dan pelatihan pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik serta program-program inovatif lainnya.
“Kedepan mudah-mudahan semakin banyak lagi mahasiswa yang terjun ke lapangan seperti ini untuk membantu petani, sehingga mahasiswa dapat menjadi pelita untuk menerangi petani yang masih gagap terhadap teknologi ” ujar I Nyoman Sukanadi selaku ketua Kelompok Tani Ternak (KTT) Manik Tirta Desa Pengejaran. Dalam rangka untuk merealisasikan tujuannya tersebut, mahasiswa Undiksha menggandeng beberapa LSM, tenaga profesional dan mendapatkan dukungan dari BEM serta dosen Universitas Pendidikan Ganesha.Kegiatan pengabdian ini sudah berjalan mulai dari tanggal 19 September 2020 dan direncanakan akan selesai pada akhir bulan November mendatang. “Mahasiswa harus menjadi motor penggerak pembangunan, bukan malah menjadi penghambat pembangunan itu sendiri” tegas I Wayan Pardi, S.Pd., M.Pd.